ANALISIS KUANTITATIF DAN
PENGUKURAN pH
Mayang Ocktaviandini
113020066
Rika Ayustika
Analisi kimia dapat dibagi menjadi dua
bidang yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat misalnya unsur atau senyawa
apa yang terdapat dalam suatu contoh. Sedangkan analisis kuantitatif dengan
penerapan banyaknya suatu zat tertentu
yang ada dalam contoh. Analisis kimia juga diperlukan untuk membuat larutan
baku. Salah satu cara yang banyak dilakukan dalam analisis kimia adalah dengan
melakukan titrasi. Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui dan
diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang
akan di analisis.
Tujuan
dari percobaan konsep analisis kuantitatif dan pengukuran pH adalah untuk
menentukan pH larutan, membuat dan membakukan larutan, menentukan konsentrasi
dan dapat memilih indikator yang tepat pada larutan untuk titrasi sesuai pH
indikator dari larutan tersebut.
Prinsip percobaan ini adalah
berdasarkan merode Asidimetri dan Alkalimetri, dimana pereaksi standar bereaksi
dengan larutan yang diuji dengan dibantu oleh indikator sebagai petunjuk TAT
(Titik Akhir Titrasi) sehingga bereaksi secara kuantitatif. Berdasarkan teori
Arrhenius (1884), bahwa apabila suatu elektron melarut, sebagian dari
elektrolit ini terurai menjadi partikel positif dan partikel negatif yang disebut
ion.
Analisis kuantitatif adalah penerapan banyaknya suatu zat tertentu yang terdapat didalam sample. Pengukuran dalam analisis
kuantitatif dapat dilakukan dengan cara-cara kimia, fisika, atau biologi.
Teknik pengukuran di laboratorium yang dilakukan mengarah ke penggolongan dari
cara-cara kuantitatif ke dalam subgolongan antara lain dengan menggunakan
titimetri (volumetri), gravimetri, dan instrumental.
Langkah-langkah
dalam suatu analisis kuantutatif :
1.
Sampling, yaitu memilih suatu contoh yang
mengambarkan materi yang akan dianalisa.
2.
Pengubahan
analit ke dalam bentuk yang sesuai dengan guna pengukuran
3.
Pengukuran
4.
Perhitungan
dan penafsiran dari pengukuran.
pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+)
yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH
bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar
yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Konsep pH pertama
kali diperkenalkanoleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada
tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada
"pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerma Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk
pada kata potential. Jens Norby
mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwap adalah sebuah tetapan yang berarti
"logaritma negatif".
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada
suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh
disebut bersifat asam, dan larutan dengan
pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan
kehidupan atau industri pengolahan kimiaseperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmupangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi.
Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai meskipun
dalam frekuensi yang lebih rendah. Suatu
larutan menyatakan derajat atau tingkat keasaman dari larutan tersebut.
Derajat keasaman atau pH suatu
larutan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Salah satu caranya dengan
menambahkan senyawa basa atau asam. pH diperoleh sebagai hasil negatif
logaritma 10 dari konsentrasi ion H+ atau ion OH-
pH
= -log [H+]
Adapun
perhitungan pH larutan basa tidak dapat langsung ditentukan, tetapi terlebih
dahulu kita menentukan nilai pOH. Setelah diketahui maka, nilai pH larutan basa
bergantung pada harga kesetimbangan air(Kw).
Kw
= [H+] [OH-]
Pada
keadaan standar (suhu 25oC), harga Kw = 10-14 sehingga
pH larutan basa
pH
= 14 – pOH
Salah satu
pengukuran yang sangat penting dalam berbagai cairan proses (industri, farmasi,
manufaktur, produksi makanan dan sebagainya) adalah pH, yaitu pengukuran ion
hidrogen dalam suatu larutan. Larutan dengan harga pH rendah dinamakan ”asam”
sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan ”basa”. Skala pH terentang dari 0
(asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah harga tengah mewakili air
murni (netral).
Pengukuran
pH secara kualitatif suatu larutan asam atau basa dapat dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus (Litmus) dan kertas indikator universal. Sedangkan
pengukuran pH secara kuantitatif dapat menggunakan elektroda potensiometrik.
Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang disebabkan oleh perubahan
aktifitas ion hidrogen (H+) dalam larutan atau dapat digunakan pH
meter.
Titrasi
adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi
secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh
yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknow). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan
larutan–larutan yang konsentrasinya diketahui deisebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam-basa, titrasi
melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume asam dan basa dari suatu basa
yang tepat saling menetralkan.
Pada
proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan
sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan
warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi.
Indikator
adalah suatu zat yang mempunyai warna dalam keadaan asam dan basa berlainan.
Indikator yang biasa digunakan di laboratorium adalah fenolftalein.
Fenolftalein dalam keadaan basa berwarna merah dan dalam keadaan asam tidak
berwarna. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa, diperlukan
suatu larutan baku primer, yaitu suatu larutan yang telah diketahui
konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam atau basa yang stabil
(konsentrasinya tidak cepat berubah). Sebagian larutan baku primer dapat
dipakai larutan oksalat.
Larutan
baku adalah larutan yang dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi dari
larutan lain. Dikenalnya adanya dua macam larutan baku atau zat baku yaitu:
1.
Zat baku primer adalah zat yang dipakai langsung untuk menentukan kadar
atau konsentrasi dari larutan lain.
2.
Zat baku sekunder adalah zat yang dipakai untuk menetukan konsentrasi dari
larutan lain tetapi harus distandarisasikan dahulu pada larutan primer.
Zat
baku primer mempunyai beberapa persyaratan yaitu, stabil (tidak mudah
berubah), mudah ditimbang, dan mudah
didapat dalam bentuk yang murni. Zat baku primer asam yang biasa dipakai yaitu
asam oksalat sedangkan zat baku basa yang biasa dipakai yaitu Borax (Na2B4O7.10H2O).
Asidimetri
adalah penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa.
Alkalimetri adalah penetuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan
baku asam.
Alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah, labu takar, labu erlenmeyer, gelas kimia, pipet tetes,
buret, statif dan clam, pipet seukuran, botol timbang,
neraca digital tertutup, botol semprot, dan pH meter.
Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah NaOH, asam oksalat, HCl, Na2B4O7,
fenolftalein, metil merah, larutan kopi, sabun mandi, sabun cuci piring, sirup,
larutan garam, dan CH3COOH.
Metode yang digunakan untuk percobaan ini adalah sebagai berikut:
Alkalimetri
Masukan HCl XN ke dalam buret yang bersih
sebanyak 50 ml. Pada labu erlenmeyer diisi Na2B4O7 0,05M sebanyak 20 ml dan ditambah
2 tetes metil merah. Lakukan dua kali percobaan (duplo). Kemudian hitung HCl
XN.
Masukan HCl XN sebanyak 50 ml ke
dalam buret. Pada labu erlenmeyer diisi dengan NaOH sebanyak 25 ml ditambah dengan 2 tetes metil
merah. Hitung N NaOH. Lakukan dua kali percobaan.
Masukan NaOH sebanyak 50 ml ke
dalam buret. Pada labu erlenmeyer diisi CH3COOH 20 ml dan ditambah 2
tetes metil merah. Hitung persen massa cuka.
TAT yang didapat berwarna merah
muda.
Asidimetri
Masukan NaOH XN ke dalam buret
sebanyak 50 ml. Pada labu erlenmeyer diisi dengan H2C2O4
dan tambahkan 2 tetes fenolftalein. Ulangi percobaan. Kemudian hitung XN
NaOH.
Masukan NaOH sebanyak 50 ml ke
dalam buret. Pada labu erlenmeyer diisi dengan HCl 25 ml dan ditambah 2 tetes
fenolftalein. Hitung normalitas HCl. Lakukan duplo.
Masukan NaOH ke dalam buret
sebanyak 50 ml. Pada labu erlenmeyer diisi dengan CH3COOH sebanyak 20
ml ditambah dengan 2 tetes fenolftalein. Kemudian hitung persen cuka.
TAT yang didapat berwana merah muda.
Pengukuran pH menggunakan pH meter.
Celupkan elektroda pada cairan deiones
agar kesensitifan dari elektroda tersebut terjaga. Bilas elektroda dengan aquades.
Gunakan buffer asam dengan pH 4 atau buffer basa dengan pH 7. Buffer yang
digunakan disesuaikan dengan sifat larutan yang diuji. Celupkan elektroda pada
larutan yang diuji, tunggu hingga angka yang keluar tidak berubah. Angka yang
keluar pada layar pH meter merupakan pH dari suatu larutan. Jika elktroda
selesai dipakai bersihkan kembali.
Pengukuran pH menggunakan indikator universal.
Ambil kertas indikator universal. Celupkan pada larutan yang diuji. Lihat
perubahan warna yang terjadi dan sesuaikan warna serta lihat perkiraan pH pada
skala pH yang ada di indikator universal.
Pengukuran pH menggunakan kertas lakmus.
Ambil kertas lakmus biru dan merah. Celupkan pada larutan yang diuji. Lihat
perubahan warna pada kertas lakmus merah dan biru. Jika kertas lakmus merah
berubah menjadi merah berarti larutan tersebut bersifat asam, sedangkan jika
kertas lakmus merah berubah menjadi biru sifat larutan tersebut basa.
Hasil
pengamatan yang didapat dari percobaan diatas adalah sebagai berikut:
Tabel
1. Hasil Pengamatan Analisis Kuantitatif dan Pengukuran pH
No
|
Percobaan
|
Hasil
|
1.
|
Alkalimetri
|
V
HCl = 5 ml
V
Na2B4O7 = 20 ml
N
Na2B4O7 = 0,05 N
N
HCl = 0,2 N
|
V
HCl = 9 ml
V
NaOH = 25 ml
N
HCl = 0,2 N
N
NaOH = 0,072 N
|
||
V
NaOH = 8,7 ml
N
NaOH = 0,072 N
FP
= 50
%
cuka = %
|
||
2.
|
Asidimetri
|
V
NaOH = 10,75
V
H2C2O4 = 20 ml
N
H2C2O4 = 0,1 N
N
NaOH = 0,18 N
|
V
NaOH = 32 ml
V
HCl = 25 ml
N
NaOH= 0,18 N
N
HCl = 0,23 N
|
||
V
NaOH = 6,5 ml
V
CH3COOH = 20 ml
FP
= 50
%cuka
= 17,55 %
|
||
3.
|
pH
Meter
|
Sirup
pH 5,96 (asam)
|
4.
|
Indikator
universal
|
Sirup
pH 3 (asam)
Sabun
mandi pH 11 (basa)
Garam
pH 6 (asam)
Kopi
pH 3 (asam)
Sabun
cuci tangan pH 6 (asam)
|
5.
|
Kertas
Lakmus
|
Syrup
Lakmus merah
tetap. Lakmus biru jadi merah (asam).
Larutan sabun mandi Lakmus biru tetap. Lakmus merah jadi
biru(basa).
Larutan garam
Lakmus
merah tetap merah.
Lakmus biru tetap biru (netral).
Larutan kopi
Lakmus
merah tetap. Lakmus biru jadi merah(asam).
Larutan sabun cuci tangan/piring.
Lakmus
merah tetap. Lakmus biru jadi merah
|
(Sumber:
meja 9 dan 8, kelompok C, 2011)
Titrasi
adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi
secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Contoh
yang akan dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui, unknow). Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan–larutan yang
konsentrasinya diketahui deisebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam-basa, titrasi
melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume asam dan basa dari suatu basa
yang tepat saling menetralkan. Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam
beberapa kasus reaktan telah memiliki warna yang kontras dan dapat dijadikan
sebagai indikator contohnya titrasi redoks menggunkan potasium permanganat
(merah muda atau ungu) peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter
dikurangi larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi
terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi
didefinisikan pada saat muncul warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan
permanganat) dalam larutan yang sedang di titrasi.
Titik
ekuivalen titrasi (TET) adalah kondisi saat larutan asam tepat bereaksi dengan
larutan basa. TET didefinisikan pada saat perubahan warna yang pertama kali
terlihat (muncul). TET lebih dahulu terbentuk daripada TAT.
Titik
akhir titrasi (TAT) adalah kondisi dimana terjadi perubahan warna dari indikator
larutan.
Larutan
baku adalah larutan yang dipakai untuk menentukan konsentrasi dari larutan
lain. Larutan baku terdiri dari dua jenis yaitu, larutan baku primer dan
larutan baku sekunder. Larutan baku primer merupakan larutan baku yang dapat
dipakai langsung untuk menentukan konsentrasi larutan yang diuji. Contohnya
adalah K2Cr2O7,
AS2O3, NaCl, dan asam benzoat. Syarat
larutan baku primer yaitu stabil, mudah didapat dalam bentuk murni, dan mudah
ditimbang. Sedangkan larutan baku sekunder merupakan larutan yang harus
distandarisasikan dahulu pada larutan primer untuk menentukan konsentrasi
larutan yang diuji. Contoh larutan baku
sekunder adalah asam oksalat, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2 dan
boraks (Na2B4O7). Syarat larutan baku adalah
derajat kemurnian lebih
rendah daripada larutan baku primer, mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil
kesalahan penimbangan, dan larutannya
relatif stabil dalam penyimpanan.
Indikator
adalah senyawa organik yang warnanya tergantung dari pH larutan ke mana
indikator itu dilarutkan. Dalam menggunakan indikator universal dapat berupa
larutan atau kertas. Di bawah ini merupakan tabel trayek pH beberapa indikator.
Tabel
2. Trayek pH Beberapa Indikator
Indikator
|
Warna
|
Trayek pH
|
|
Asam
|
Basa
|
||
Metil
hijau
|
Kuning
|
Violet
|
0,2-1,8
|
Timol
biru
|
Kuning
|
Biru
|
1,2-2,8
|
Metil
jingga
|
Merah
|
kuning
|
3,2-4,4
|
Metil
ungu
|
Ungu
|
Hijau
|
4,8-5,4
|
Bromkresol
ungu
|
Kuning
|
Ungu
|
5,2-6,8
|
Bromtimol
biru
|
kuning
|
Biru
|
6-7,6
|
Fenolftalein
|
Tidak
berwarna
|
Merah
muda
|
8,2-10
|
Kuning
Alizarin
|
Kuning
|
Merah
|
10,1-12
|
Lakmus
adalah kertas dari bahan kimia yang akan berubah warna jika dicelupkan ke dalam
larutan asam atau basa dengan ditandai perubahan warna pada kertas lakmus
tersebut. Larutan bersifat asam bila lakmus biru berubah menjadi merah, dan
larutan bersifat basa jika lakmus merah berubah warna menjadi biru.
Alkalimetri
adalah penentuan konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam.
Contohnya
menentukan konsentrasi NaOH dengan menggunakan larutan baku asam oksalat.
Asidimetri adalah penetuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan
baku basa. Contohnya menentukan konsentrasi HCl dengan menggunakan larutan baku
NaOH.
Cara
pengukuran pH terdiri dari tiga macam yaitu, dengan menggunakan pH meter,
indikator universal, dan kertas lakmus. Dari ketiga cara pengukuran pH memiliki
tingkat ketelitian yang berbeda. Jika pada pengukuran pH menggunakan kertas
lakmus hanya menunjukan asam atau basa saja dari perubahan warna pada kedua
kertas lakmus tidak ada nilai pHnya. Sementara pada pengukuran pH menggunakan
indikator universal selain menunjukan asam dan basanya juga terdapat perkiraan
nilai pHnya. Pengukuran pH menggunakan pH meter tingkat ketelitiannya lebih
tinggi daripada kedua cara pengukuran pH yang telah disebutkan sebelumnya,
karena pH meter menggunakan elektroda yang sifatnya sensitif terhadap ion-ion
dalam larutan. pH meter dapat langsung menunjukan nilai pHnya secara teliti
dengan nominal yang ada di belakang koma.
Percobaan
yang telah dilakukan masih terdapat kesalahan baik pada hasil titrasi yang terlalu
pekat warnanya maupun pada perhitungan % cuka. TAT yang didapat berwarna merah
muda pekat seharusnya TAT menghasilkan warna merah muda cerah (tidak pekat),
hal ini dikarenakan saat titrasi volume larutan NaOH yang dikeluarkan dari
buret terlalu banyak sehingga TAT yang didapat pekat. Kesalahan pada
perhitungan asidimetri terjadi karena perhitungan pada saat pembakuan larutan H2C2O4
salah. Hal ini mempengaruhi pada perhitungan selanjutnya, % cuka yang didapat
yaitu 17,55 % angka tersebut terlalu besar.
Terdapat
perbedaan sifat dan pH pada sampel sabun
mandi dan sabun cuci piring. Sabun cuci piring menunjukan pH asam karena pada
sabun cuci piring mengandung aroma jeruk yang asam sehingga mempengaruhi pada
pH sabun cuci piring. Sementara sabun mandi pHnya basa karena sifat umum dari
basa yang terkandung dalam suatu produk adalah licin dan terasa pahit. Biasanya
sabun mengandung campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak yang direaksikan dengan alkali (seperti
natrium atau kalium hidroksida yang bersifat basa) pada suhu 80-100oC
melalui proses saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan
gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional alkali yang digunakan adalah
kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan atau dari arang kayu. Sabun
dapat juga dibuat dari minyak zaitun. Jika pada sabun mandi pHnya asam maka
kulit manusia akan rusak.
Pada
saat menguji pH Garam di kertas lakmus, lakmus tidak berubah warna yang berarti
pH garam tersebut adalah netral tetapi pada saat di ukur di pH meter hasilnya
adalah 5,96 pada kasus ini sebenarnya lakmus berubah warna hanya perubahan
warna tersebut tidak terlalu signifikan pH netral pun tidak berarti selalu 7
yang mendekati pun bisa berarti netral.
Aplikasi
analisis kuantitatif dan pengukuran pH di bidang pangan adalah dapat menentukan
% boraks yang ada dalam baso atau bahan pangan lainya, membuat garam dapur
(NaCl) dari pencampuran antara NaOH dan HCl, megetahui zat-zat yang dapat
dijadikan bahan aditif makanan, membuat soda kue (Natrium bikarbonat) untuk
pengembang kue, dan pembuatan yoghurt.
Kesimpulan
yang didapat dari masing-masing percobaan yaitu didapat persen cuka pada proses
alkalimetri dan asidimetri, praktikan mengetahui sifat masing-masing sampel dari perubahan yang
terjadi pada kertas lakmus merah dan biru serta mengetahui angka pH dari
masing-masing sampel dengan menggunakan indikator universal dan pH meter.
Saran
yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah dalam melakukan titrasi harus
dengan ketelitian yang tinggi dan kesabaran dari praktikan agar hasil titrasi
dapat sesuai dengan yang benar. Praktikan diharapkan selalu sigap dalam
melakukan titrasi karena beda satu tetes saja akan mempengaruhi TAT yang
didapat. Selain itu praktikan harus memperhatikan kebersihan masing-masing
alatnya.
Anonim. 2008. Analisis
Kuantitatif: Asidimetri dan Alkalimetri. www.google.com. Diakses: 29 Oktober 2011
Anonim. 2010. Kimia Terapan. www.blog.com. Diakses: 29 Oktober 2011
Anonim. 2011. pH. www.wikipedia.org. Diakses: 29 Oktober 2011
Brady, J. E. 1998.
Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bina
Usaha. Jakarta.
Sutrisno, E. T. dan I.S.
Nurminabari. 2011. Penuntun Praktikum
Kimia Dasar. jurusan Teknologi Pangan UNPAS. Bandung
Tupamahu
dan A. Hiskia.1988. Stoikiometri
Energetika Kimia. ITB. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
haik..minnasan...dozo... silakan memberikan saran dan kritik yang membangun...pake bahasa yang sopan ya...
arigatou minnasan...