雨 が 降る

haik, konichiwa, ohayou, konbanwa....hajimemashite , atashi ame-chan desu (mayang), yoroshiku onegaishimsu....

Senin, 28 Mei 2012


SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Mayang Ocktaviandini
113020066
Rika Ayustika
ABSTRACT
Colligative properties of solution is a quality solution that does not depend on the kinds of solutes, but only depends on the concentration of the solute particle (the number of solute). When a solution of the solute plus a little then it would have obtained a solution, a decrease of saturated vapor pressure, elevation of boiling point, freezing point depression and osmotic pressure. The number of particles in solution is determined by the concentration of the solution and the nature of the solution itself. Colligative properties of solution consists of two types, namely the colligative properties of electrolyte solutions and colligative properties of nonelectrolyte solutions. However, the physical properties of a substance change when the substance is a component of the solution. For that studied colligative properties of solution physical properties are only determined by the number of particles and does not depend on the type of solute.
The purpose of the experiment colligative properties of the solution is to determine the vapor pressure of the solution, determining the boiling point, determine the freezing point, and determining the osmotic pressure of the experiment larutan.Prinsip colligative properties is based on Roult law which states that the solution freezing point depression is proportional to the concentration of the solution is given by molarity method.
Based on the experimental determination of the freezing point natalen got the result that the freezing point depression in naphthalene minutes to 1 of 88oC, minutes to 2 to 84 ° C, minutes to 3 to 81 ° C, minutes to the 4 to 79 ° C, 5 minutes to be 77.5 ° C, minutes to 6 to 76.5 ° C, minutes to 7 to 75 ° C, minutes to 8 to 74 ° C, minutes to the 9 to 72 ° C, and the minute into 10 to 70 oC.
While on trial determination of the freezing point of naphthalene and sulfur obtained results that the freezing point depression on a mixed solution of 91 minutes to 1 ° C, minutes to 2 to 88 ° C, minutes to 3 to 85 ° C, minutes to the 4 to 81 ° C, 5 minutes to become 78 ° C, minutes to 6 to 76 ° C, minutes to 7 to 74 ° C, minutes to 8 to 73 ° C, minutes to the 9 to 72 oC, minute to 10 to 71 ° C, and the minute into 11 to 70
oC. Based on the experimental determination of the boiling point of sucrose obtained results of the initial temperature of boiling aquades 70 ° C, final temperature 90 ° C boiling solution of sucrose, the difference in boiling point of 19.98 ° C / m, molalitasnya 0.146 m, and 136.9 Kb oC.

PENDAHULUAN
LatarBelakang
          Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada macamnya zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi pertikel zat terlarutnya (banyaknya zat terlarut). Apabila suatu larutan ditambah dengan sedikit zat terlarut maka akan didapat suatu larutan yang mengalami, penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. 
          Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Akan tetapi sifat fisik suatu zat berubah apabila zat itu menjadi komponen larutan. Untuk itu dipelajari sifat koligatif larutan yaitu sifat-sifat fisis yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut.

Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan sifat koligatif larutan adalah untuk menentukan tekanan uap larutan, menentukan titik didih, menentukan titik beku, dan menentukan tekanan osmotik larutan.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan sifat koligatif adalah berdasarkan hukum Roult yang menyatakan bahwa penurunan titik beku larutan sebanding dengan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan metode molaritas.
1.        Penurunan Tekanan Uap
Text Box: ΔP = X . Po
2.        Penurunan Titik Beku
Text Box: ΔTf = m . Kf
3.        Kenaikan Titik Didih
Text Box: ΔTb = m . Kb
4.        Tekanan Osmosis


π = M . R . T
 
 



Bunyi hukum Roult yaitu tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Koligatif Larutan
Koligatif berasal dari bahasa latin yaitu colligare (mengumpulkan). Artinya sifat-sifat ini ditentukan oleh kumpulan partikel zat terlarut.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarutnya tetapi bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Jika suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut maka akan didapat suatu larutan yang mengalami, penurunan tekanan uap jenuh, penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan non-elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non-elektrolit tidak terurai menjadi ion-ionnya. Jadi sifat koligatif dibedakan menjadi dua sifat yaitu elektrolit dan non-elektrolit.
Jenis-jenis Larutan Koligatif
Jenis larutan koligatif terdapat dua macam yaitu:
1.        Elektrolit
larutan koligatif elektrolit adalah larutan yang memiliki partikel-partikel ion (anion dan kation) sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit di bagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit yang bersifat lemah dan bersifat kuat.
Larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang partikel ionnya tidak terionisasi semuanya. Ciri-cirinya yaitu, dapat menghantarkan listrik tetapi sifatnya lemah, dan menghasilkan gelembung gas yang jumlahnya sedikit. Contohnya CH3COOH dan  NH4OH.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang partikel ionnya terionisasi sempurna. Ciri-cirinya yaitu, dapat menghantarkan listrik bersifat kuat sehingga cahaya lampu terang dan menimbulkan gelembung gas yang banyak. Contoh larutan elektrolit kuat yaitu, H2SO4, NaOH, CuSO4, HNO3, HCl, dan Ba(OH)2.
2.        Non-Elektrolit
Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak memiliki partikel ion (anion dan kation) sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik dan tidak dapat menimbulkan gelembung gas. Contoh larutannya yaitu larutan gula dan urea.
Penurunan Tekanan Uap
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu, yaitu tekanan uap. Tekanan uap (vapor pressure) adalah ukuran kecenderungan molekul-molekul suatu cairan untuk lolos menguap. Makin besar tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah menjadi uap. Molekul-molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul-molekul zat cair berubah menjadi uap semakin tinggi tekanan uap zat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap, maka partikel-partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul-molekul zat cair. Laut mati contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun pasir yang sangat panas dan kering serta tidak berhubungan dengan laut bebas.
Tekanan uap dapat menurun karena adanya molekul-molekul zat terlarut diantara molekul-molekul pelarut, maka hal ini akan mengurangi kemampuan molekul-molekul pelarut untuk berpindah dari molekul cair ke bentuk uap.
Gambaran penurunan tekanan uapGambar 1. Penurunan Tekanan Uap
ΔP = Po - P
 
Menurut Roult penurunan tekanan uap dapat ditulis sebagai persamaan berikut :


Dimana Po merupakan tekanan uap pelarut murni dan P merupakan tekanan uap larutan.

Kenaikan Titik Didih
Titik didih adalah suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap ekternal yang dialami oleh zat cair. Cairan yang berada dalam tekanan yang tinggi akan memiliki titik didih yang tinggi. Tekanan uap suatu zat cair akan meningkat bila suhu dinaikkan sampai zat cair itu mendidih. Suatu zat cair dikatakan mendidih bila tekanan uapnya sama dengan tekanan udara di atas cairan (tekanan udara luar). Jika ke dalam cairan yang mendidih ditambahkan zat yang tidak menguap maka tekanan uap larutan yang terbentuk akan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni. Akibatnya, agar larutan itu mendidih diperlukan tambahan kalor sebesar penurunan tekanan uap akibat penambahaan zat terlarut yang tidak menguap itu. Dengan kata lain tekanan yang disebabkan oleh uap yang berada dalam gelembung - gelembung yang membuat permukaan cairan terdorong ke atas melawan tekanan atmosfer yang ke bawah. Dengan demikian, larutan akan mendidih pada suhu lebih tinggi dari suhu didih pelarut murni. Besarnya kenaikan titik didih, ∆Tb (relatif terhadap titik didih pelarut murni) larutan berbanding lurus dengan molalitas  larutan.
menurut Raoult,
Text Box: ΔTb = Tbl - Tbp       



∆Tb = m . Kb
 
 



Text Box: m =  x


Jadi,


∆Tb =  x  x Kb

 
 


Dimana Tbl adalah titik didih larutan, Tbp merupakan titk didih pelarut, m adalah molalitas larutan, Kb adalah konstanta titik didih molal (tetapan titik didih molal), dan P adalah berat pelarut. Dapat dilihat pada tabel di bawah terdapat beberapa nilai titik didih dan Kb dari beberapa pelarut.

Tabel 1. Nilai Titik Didih dan Kb Beberapa Pelarut
Pelarutan
Titik didih
Kb ()
Air
100,0
0,512
Benzena
80,1
2,53
Asam asetat (cuka)
118,1
0,37
Fenol
182
3,56
Nitrobenzena
210,88
5,24

Penurunan Titik Beku
Titik beku suatu cairan adalah suhu ketika tekanan uap cairan itu sama dengan tekanan uap dalam keadaan padat. Pada pembekuan suatu larutan, yang mengalami pembekuan hanya pelarut saja, sedangkan zat terlarut tidak ikut membeku. Adanya zat terlarut mengakibatkan zat pelarut sulit untuk membeku. Akibatnya titik didih pelarut akan lebih rendah dibandingkan dengan titik didih pelarut murninya.
Penurunan titik beku larutan adalah salah satu sifat koligatif larutan. Penurunan titik beku larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami penurunan jika kita menambahkan zat terlarut didalamnya. Sebagai contoh air murni membeku pada suhu 00C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 00C. Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6 0C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 0C.
Penurunan titik beku, ∆Tf berbanding lurus dengan; molalitas larutan dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut.
Text Box: ∆Tf  = Tfp – Tfl


menurut Raoult,


∆Tf = m . Kf
 
 


atau,


∆Tf =  x  x Kf

 
 




Dimana, Tfp adalah titik beku  pelarut, Tfl adalah titik beku larutan, m adalah molalitas larutan, Kf adalah konstanta titik beku molal, dan P adalah berat pelarut.
Tekanan Osmosis
Osmosis adalah perpindahan pelarut atau cairan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi melalui membran semipermeabel. Membran semipermeabel merupakan membran berpori yang dapat dilalui oleh pelarut tetapi zat terlarut tidak dapat menembusnya.
Tekanan osmotik adalah tekanan dari luar yang diberikan pada suatu larutan untuk menghentikan mengalirnya molekul-molekul pelarut dari dua cairan yang berbeda konsentrasinya. Tekanan osmosis merupakan salah satu sifat koligatif yang terdapat kesamaan rumus dengan gas ideal.                 
Text Box: PV  =  n R T


π = MRT
 
Jika P adalah tekanan osmotic (π), sedangkan  adalah kemolaran (M), maka :


atau


π =   x R x T
 
 



Dimana, M adalah mol/ l, R adalah 0,082, T adalah 0K ( 0C + 273), danV adalah volume.    
Kemolaran dan Kemolalan
Kemolaran atau disebut dengan molaritas merupakan salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas menyatakn jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah 1 milimol  zat terlarut dalam 1 ml larutan.
Text Box: M = mol zat terlarut
        volume larutan

Larutan 0,50M artinya 0,50 mol zat dalam satu liter larutan atau 0,50 milimol zat dalam 1 mL larutan.
Text Box: M = mol  atau Liter x M = mol
Liter

1L = 1 dm3 = 1000 ml = 1000 cm3
1 mol = 1000 mmol

Kemolalan atau disebut juga molalitas merupakan suatu besaran konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Text Box: m = massa larutan x 1000
     Mr x p
Dimana Mr adalah massa molekul relatif dan p adalah massa pelarut.

Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu satu. Konsentrasi dalam bentuk ini tidak mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.

Text Box: Xt =          mol terlarut
                  jumlah mol larutanPelarut Naftalen
Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naftalena paling banyak dihasilkan dari destilasi tar batu bara, dan sedikit dari sisa fraksionasi minyak bumi.
Naftalena berfungsi sebagai reaksi intermediet dari berbagai reaksi kimia industri, seperti reaksi sulfonasi, polimerisasi, dan neutralisasi. Selain itu, naftalena juga berfungsi sebagai fumigan (kamper), dan surfaktan.
Efek yang mungkin dari naftalena terhadap kesehatan. Eksposur terhadap jumlah besar naftalena dapat mengakibatkan kerusakan pada sel darah,dan menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai haemolytic anaemia. Penyakit ini telah diperhatikan pada orang tertentu, terutama anak-anak, setelah termakan kapur barus yang mengandung naftalena. Antara gejala yang mungkin terjadi setelah eksposur terhadap jumlah besar naftalena adalah lelah, hilang nafsu makan, mual, muntah dan diare. Kulit mungkin menjadi pucat atau kuning. Bayi yang baru lahir terutama menghadapi risiko sel darahnya rusak jika terpajan pada naftalena. Kerusakan terhadap sel darahnya melepaskan suatu produk (bilirubin) yang menyebabkan bayi tersebut menjadi kuning dan dalam kasus parah, mungkin mengakibatkan kerusakan otak. Ada orang yang lahir dengan penyakit lahir genetis (G6PD deficiency) yang menjadikannya lebih cenderung menderita akibat dari naftalena, maka gejala dapat diperhatikan setelah eksposur terhadap jumlah naftalena yang kecilpun
Sukrosa
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan Penambahan  sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet.
Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa.
Proses fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa senyawaan alkohol. Penggunaan yeast ini dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam bioteknologi dan sering disebut dengan zymotechnology.

Gambar 2. Struktur Molekul Sukrosa


Diagram Fasa


Gambar 3. Diagram Fasa
Diagram fase yang paling sederhana adalah diagram tekanan-temperatur dari zat tunggal, seperti air.  Sumbu-sumbu diagram berkoresponden dengan tekanan  dan temperatur.  Diagram fase pada ruang tekanan-temperatur menunjukkan garis kesetimbangan atau sempadan fase antara tiga fase padat, cair, dan gas.
Penandaan diagram fase menunjukkan titik-titik di mana energi bebas bersifat non-analitis. Fase-fase dipisahkan dengan sebuah garis non-analisitas, di mana transisi fase terjadi, dan disebut sebagai sempadan fase.
Pada diagaram, sempadan fase antara cair dan gas tidak berlanjut sampai tak terhingga. Ia akan berhenti pada sebuah titik pada diagaram fase yang disebut sebagai titik kritis. Ini menunjukkan bahwa pada temperatur dan tekanan yang sangat tinggi, fase cair dan gas menjadi tidak dapat dibedakan, yang dikenal sebagai fluida superkritis. Pada air, titik kritis ada pada sekitar 647 K dan 22,064 MPa (3.200,1 psi).
Keberadaan titik kritis cair-gas menunjukkan ambiguitas pada definisi di atas. Ketika dari cair menjadi gas, biasanya akan melewati sebuah sempadan fase, namun adalah mungkin untuk memilih lajur yang tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase superkritis. Oleh karena itu, fase cair dan gas dapat dicampur terus menerus.
Sempadan padat-cair pada diagram fase kebanyakan zat memiliki gradien yang positif. Hal ini dikarenakan fase padat memiliki densitas yang lebih tinggi daripada fase cair, sehingga peningkatan tekanan akan meningkatkan titik leleh. Pada beberapa bagian diagram fase air, sempadan fase padat-cair air memiliki gradien yang negatif, menunjukkan bahwa es mempunyai densitas yang lebih kecil daripada air.


METODELOGI PERCOBAAN
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan sifat koligatif adalah gelas kimia, tabung reaksi, termometer, klem dan statip, kaki tiga, kawat kasa, bunsen, neraca digital
 dan botol semprot.
Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada percobaan sifat koligatif larutan adalah 5 gram naftalen (C10H8), belerang (S2), sukrosa (C12H22O11), dan aquades.
MetodePercobaan








Gambar 1. Metode Percobaan Penentuan Titik Beku Naftalen
1.        Penentuan Titik Beku Naftalen
Timbang 10 gram naftalena, kemudian masukan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Gelas kimia diisi dengan aquades sebanyak 2/3 bagiannya. Panaskan air dalam gelas kimia secara perlahan sampai semua naftalen mencair (85oC). Keluarkan pembakar dan padamkan apinya, selanjutnya setiap 1 menit suhu dicatat sampai mencapai 70 oC. Buaaatlaaah grafik perubahan suhu pelarut naftalen sebagai fungsi waktu dan tentukan titik beku pelarut naftalen dari grafik tersebut.




Gambar 2. Metode Percobaan Penentuan Titik Beku Naftalen dan Belerang
2.        Penentuan Titik Beku Naftalen dan Belerang
Timbang serbuk belerang sebanyak 0,256 gram menggunakan kaca arloji. Panaskan kembali air dalam gelas kimia seperti pada langkah sebelumnya diatas sampai semua naftalena menjadi cair kembali. Masukan serbuk belerang ke dalam tabung reaksi yang berisi naftalena, aduk sampai semua belerang melarut dalam naftlena dan pemanasan dilanjutkan sampai suhu 90 oC. Keluarkan pembakar dan padamkan apinya, selanjutnya lakukan pengamatan seperti langkah yang diatas sampai suhu 70oC. Buatlah grafiknya dan tentukan penurunan titik beku larutan belerang dalam naftalena.









Gambar 3. Metode Percobaan Penentuan Titik Didih Sukrosa
3.        Penentuan Titik Didih Sukrosa
Air 200 mL dimasukkan ke dalam gelas kimia, lalu dipanaskan (suhu dicatat sebagai suhu awal). Gula dilarutkan sebanyak 10 gram ke dalam air yang sudah dipanaskan lalu diaduk sampai mendidih (catat suhu sebagai suhu akhir). Hitung perubahan titik didih dan titik didihnya.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku Naftalen
No.
t (menit)
 T (Suhu) oC
1.
1
88
2.
2
84
3.
3
81
4.
4
79
5.
5
77,5
6.
6
76,5
7.
7
75
8.
8
74
9.
9
72
10.
10
70



 (Sumber: Meja 9, kelompok C, 2011)
Grafik 1. Penentuan Titik Beku Naftalen

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Titik Beku Naftalen dan Belerang
No.
t (menit)
T (suhu) C
1
1
91
2
2
88
3
3
85
4
4
81
5
5
78
6
6
76
7
7
74
8
8
73
9
9
72
10
10
71
11
11
70






(Sumber: Meja 9, kelompok C, 2011)
Grafik 2. Penentuan Titik Beku Naftalen dan Belerang

Tabel 3. Hasil Pengamatan Penetuan Titik Beku Sukrosa
T. Awal
70 oC
T. Akhir
90 oC
ΔTb
19,98 oC/m
m
0,146 m
Kb
136,9 oC


 (Sumber: Meja 9, kelompok C, 2011)
Pembahasan
Berdasarkan percobaan penentuan titik beku natalen didapat hasil yakni penurunan titik beku naftalen pada menit ke 1 yaitu 88oC, menit ke 2 menjadi 84 oC, menit ke 3 menjadi 81 oC, menit ke 4 menjadi 79 oC, menit ke 5 menjadi        77,5 oC, menit ke 6 menjadi 76,5 oC, menit ke 7 menjadi 75 oC, menit ke 8 menjadi 74 oC, menit ke 9 menjadi 72 oC, dan menit ke 10 menjadi 70 oC.
Sedangkan pada percobaan penentuan titik beku naftalen dan belerang didapat hasil yakni penurunan titik beku larutan campuran pada menit ke 1 yaitu 91 oC, menit ke 2 menjadi 88 oC, menit ke 3 menjadi 85 oC, menit ke 4 menjadi 81 oC, menit ke 5 menjadi 78 oC, menit ke 6 menjadi 76 oC, menit ke 7 menjadi 74 oC, menit ke 8 menjadi 73 oC, menit ke 9 menjadi 72 oC, menit ke 10 menjadi 71 oC, dan menit ke 11 menjadi 70 oC.
Berdasarkan percobaan penentuan titik didih sukrosa didapat hasil yaitu suhu awal aquades mendidih 70 oC, suhu akhir larutan sukrosa mendidih 90 oC, selisih titik didih 19,98 oC/m, molalitasnya 0,146 m, dan Kb 136,9 oC. Percobaan penentuan titik didih sukrosa masih terdapat kesalahan, seperti suhu awal aquades mendidih seharusnya berkisar 95 oC. Kesalahan ini disebabkan oleh kesalahan mengamati aquades mendidih, praktikan salah mengamati ciri-ciri dari larutan yang akan mendidih. Suatu larutan dinyatakan mendidih apabila timbulnya gelembung-gelembung gas dari dasar wadah (gelas kimia) yang bergerak dari dasar wadah ke atas permukaan larutan tersebut dalam jumlah yang banyak.
Berdasarkan teori titik didih menyatakan bahwa titik didih adalah suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap eksternal yaitu sebesar 1 atm (100 oC). Tetapi berdasarkan tekanan uap menyatakan bahwa makin besar tekanan uap suatu cairan, makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah menjadi uap dan semakin mudah molekul-molekul zat cair berubah menjadi uap semakin tinggi tekanan uap zat cair serta semakin tinggi suatu dataran maka tekanan uap eksternal dan suhu semakin rendah. Artinya, jika tekanan uap tinggi maka suhu yang di dapat akan tinggi pula, bisa dinyatakan bahwa kenaikan tekanan uap sebanding dengan kenaikan suhu. Hal inilah yang menjadi penyebab dari suhu mendidih aquades (pelarut murni) dalam percobaan diatas tidak mencapai 100oC.
Metode penggunaan termometer pada percobaan diatas yaitu ujung termometer harus menyentuh larutan (terendam dalam larutan yang diuji) untuk dapat mengukur suhu dari larutan yang diuji. Jika termometer tidak menyentuh larutan yang diuji maka termometer tidak dapat mengukur suhu dari larutan tersebut.
Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme, sifat-sifat fisik belerang adalah kristal belerang berwarna kuning, atau kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman karena pengaruh unsur pengotornya. Memiliki berat jenis 2,05 - 2,09, kekerasan  1,5 - 2,5 (skala Mohs), ketahanan getas/mudah hancur (brittle), pecahan berbentuk konkoidal dan tidak rata, kilap damar Gores berwarna putih. Sifat belerang lainnya adalah tidak larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC. Mudah larut dalam CS2, CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anilin, penghantar panas dan listrik yang buruk. Apabila dibakar apinya berwarna biru dan menghasilkan gas-gas SO2 yang berbau busuk.
Kenaikkan titik didih yaitu titik didih suatu pelarut murni akan mengalami kenaikkan suhu bila ditambahkan zat terlarut didalamnya.
Penurunan titik beku yaitu titik beku suatu pelarut murni akan mengalami penurunan suhu bila ditambahkan zat terlarut didalamnya.
Tekanan osmotik yaitu gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan dari  zat-zat pelarut melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan.
Reverse osmosis adalah suatu peristiwa berpindahnya partikel pelarut dari larutan yang pekat (memiliki kadar yg tinggi) ke larutan yang encer (memiliki kadar yang rendah) melalui selaput semipermeable. Contohnya yaitu seperti pada air laut yang mengandung garam, menjadi air tawar.
Peristiwa osmosis adalah suatu peristiwa berpindahnya partikel pelarut dari larutan yang encer (memiliki kadar yg rendah) ke larutan yang pekat (memiliki kadar yang tinggi) melalui selaput semipermeabel.
Selaput semipermeabel itu sedndiri adalah selaput yang tipis dan hanya dapat dilewati oleh molekul-molekul seperti molekul ait, dan zat-zat tertentu seperti oksigen, karbondioksida, dan zat-zar nonpolar lainnya.
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi (tekanan osmotiknya lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air dapat keluar sel, sehingga sitoplasma akan akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit menyebabkan sel tidak berfungsi lagi.
Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah (tekanan osmotiknya lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air air bergerak ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi lagi.
Larutan isotonik adalah larutan yam]ng memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama. Air kelapa merupakan contoh larutan isotonik alami. Secara ilmiah, air kelapa muda mempunyai komposisi mineral dan gula yang sempurna sehinggga memiliki kesetimbangan elektrolit yang nyaris sempurna setara dengan cairan tubuh manusia.
Aplikasi sifat koligatif larutan dalam bidang pangan yaitu proses pembekuan es lilin dengan menggunakan garam sebagai penurun titik bekunya. Air membeku pada suhu 0 derajat. Tapi, es lilin dapat menjadi beku pada suhu di bawah 0 derajat celcius. Jadi, ketika air ditambahkan garam, maka ia akan membeku pada suhu yang lebih rendah. 10% larutan garam dapat membekukan air hingga -6 derajat celcius. Pada proses pembuatan telur asin. Telur sejatinya sebuah contoh sel tunggal yg terbungkus cangkang. Tiap sel hewan punya inti sel atau nukleus yang didalamnya terdapat benang kromosome. Pada telur bebek terdapat pada kuning telurnya. Pada telur terdapat membran atau lapisan tipis yang bersifat semi permeable. Artinya ia bisa melewatkan air dan garam tetapi menahan isi telur putih telur keluar. Jika tidak ada membran semi permeable maka bisa yg terjadi justru sebaliknya. Putih telur yg berkonsetrasi tinggi akan keluar karena peristiwa difusi.. Peristiwa osmosis butuh waktu yg cukup lama. Untuk pembuatan telur asin dibutuhkan 2 minggu. Kurang dari itu telur menjadi tidak cukup asin. ika osmosis terjadi sangat-sangat lama, misalnya ribuan atau jutaan tahun maka telur akan berubah menjadi fosil yg membatu. Persis seperti yg dijumpai pada fosil telur dinosaurus. Yaitu peristiwa osmosis mineral alam selama jutaan tahun. Pada proses pembuatan ikan presto, di suhu 600C, air sudah hilang. Pada proses pembuatan kripik nangka tekanan uapnya diatur sedemikian rupa.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan penentuan titik beku naftalen didapat hasil, pada menit ke 1 suhunya 88oC, menit ke 2 suhunya 84 oC , menit ke 3 suhunya 81 oC , menit ke 4 suhunya 79 oC , menit ke 5 suhunya 77,5 oC, menit ke 6 suhunya 76,5 oC , menit ke 7 suhunya 75 oC, menit ke 8 suhunya 74oC, menit ke 9 72oC, dan  menit ke 10 suhunya 70oC. Sementara pada percobaan titik beku naftalen dan belerang didapat hasil, pada menit ke 1 sampai 11 berturut-turut suhunya yaitu, 91oC, 88oC, 85oC, 78oC, 76oC, 74oC, 73oC, 72oC, 71oC, dan 70oC. Percobaan penetuan titik beku sukrosa didapat hasil yaitu, suhu awal 70oC, suhu akhir 90oC, penurunan titik beku 19,98 oC/m, molalilatas 0,146 m, dan Kb 136,9oC.  Percobaan  penetuan titik beku naftalen dan belerang dapat disimpulkan bahwa titik beku larutan tersebut lebih rendah dari pada titik beku pelarut murni, juga dapat mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi titik didih suatu larutan seperti letaknya suatu dataran yang jika semakin tinggi suatu dataran maka tekanan uap eksternal dan suhu akan lebih rendah dari 1 atm.
Saran
Saran yang dapat diberikan adalah dalam melakukan percobaan kali ini praktikan harus sangat teliti dalam mempehatikan perubahan suhu larutan setiap menitnya serta pembacaan suhu pada termometer.

DAFTAR PUSTAKA
Brady. E. J. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. BinaAksara. Jakarta.
Fauzia I. 2011. Tekanan Osmosis. http://industri17imafa.blog.mercubuana.ac.id/tag/tekanan-osmosis/. Diakses: 3 Desember 2011.
Sutrisno. E.T dan Nurminabari. I.S. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar.  UNPAS. Bandung
Ratna. 2011. Sifat Koligatif Larutan. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/. Diakses: 3 Desember 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

haik..minnasan...dozo... silakan memberikan saran dan kritik yang membangun...pake bahasa yang sopan ya...
arigatou minnasan...

atashi no utau


MusicPlaylistRingtones
Create a playlist at MixPod.com