SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Mayang
Ocktaviandini
113020066
Rika Ayustika
ABSTRACT
Colligative properties of solution is
a quality solution that does not
depend on the kinds of solutes, but only depends
on the concentration of the solute particle (the
number of solute). When a solution of the solute plus
a little then it would have
obtained a solution, a decrease of saturated vapor pressure, elevation
of boiling point, freezing point depression and osmotic pressure.
The number of particles in solution
is determined by the concentration of the solution and the nature of the solution itself. Colligative properties of solution consists
of two types,
namely the colligative properties of
electrolyte solutions and colligative properties of nonelectrolyte solutions. However, the physical properties of a substance change when the substance is a
component of the solution. For
that studied colligative properties of solution
physical properties are only determined by the number of particles and does
not depend on the type of solute.
The purpose of the experiment colligative
properties of the solution is to determine the
vapor pressure of the solution, determining the boiling point, determine the freezing point, and determining
the osmotic pressure of the experiment larutan.Prinsip
colligative properties is based on Roult
law which states that
the solution freezing point depression is proportional to the
concentration of the solution is given by molarity method.
Based on the experimental determination of the freezing point natalen got the result that the
freezing point depression in naphthalene
minutes to 1 of
88oC, minutes to
2 to 84 ° C, minutes to 3 to 81
° C, minutes to
the 4 to 79 ° C, 5 minutes to be 77.5 ° C, minutes to 6 to 76.5 ° C, minutes
to 7 to 75 ° C,
minutes to 8
to 74 ° C, minutes
to the 9 to 72 ° C, and the minute
into 10 to 70
oC.
While on trial determination of the freezing point of naphthalene and sulfur obtained results that the freezing point depression on a mixed solution of 91 minutes to 1 ° C, minutes to 2 to 88 ° C, minutes to 3 to 85 ° C, minutes to the 4 to 81 ° C, 5 minutes to become 78 ° C, minutes to 6 to 76 ° C, minutes to 7 to 74 ° C, minutes to 8 to 73 ° C, minutes to the 9 to 72 oC, minute to 10 to 71 ° C, and the minute into 11 to 70 oC. Based on the experimental determination of the boiling point of sucrose obtained results of the initial temperature of boiling aquades 70 ° C, final temperature 90 ° C boiling solution of sucrose, the difference in boiling point of 19.98 ° C / m, molalitasnya 0.146 m, and 136.9 Kb oC.
While on trial determination of the freezing point of naphthalene and sulfur obtained results that the freezing point depression on a mixed solution of 91 minutes to 1 ° C, minutes to 2 to 88 ° C, minutes to 3 to 85 ° C, minutes to the 4 to 81 ° C, 5 minutes to become 78 ° C, minutes to 6 to 76 ° C, minutes to 7 to 74 ° C, minutes to 8 to 73 ° C, minutes to the 9 to 72 oC, minute to 10 to 71 ° C, and the minute into 11 to 70 oC. Based on the experimental determination of the boiling point of sucrose obtained results of the initial temperature of boiling aquades 70 ° C, final temperature 90 ° C boiling solution of sucrose, the difference in boiling point of 19.98 ° C / m, molalitasnya 0.146 m, and 136.9 Kb oC.
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
bergantung pada macamnya zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi
pertikel zat terlarutnya (banyaknya zat terlarut). Apabila suatu larutan
ditambah dengan sedikit zat terlarut maka akan didapat suatu larutan yang
mengalami, penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmosis. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh
konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua
jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan
nonelektrolit. Akan tetapi sifat fisik suatu zat berubah
apabila zat itu menjadi komponen larutan. Untuk itu dipelajari sifat koligatif
larutan yaitu sifat-sifat fisis yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dan
tidak bergantung pada jenis zat terlarut.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan sifat
koligatif larutan adalah untuk menentukan tekanan uap larutan, menentukan titik
didih, menentukan titik beku, dan menentukan tekanan osmotik larutan.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan sifat koligatif adalah berdasarkan
hukum Roult yang menyatakan bahwa penurunan titik beku larutan sebanding dengan
konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan metode molaritas.
1.
Penurunan Tekanan Uap
2.
Penurunan Titik Beku
3.
Kenaikan Titik Didih
4.
Tekanan Osmosis
|
Bunyi hukum Roult yaitu tekanan
uap larutan ideal dipengaruhi oleh tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat
terlarut yang terkandung dalam larutan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat Koligatif
Larutan
Koligatif berasal dari bahasa
latin yaitu colligare (mengumpulkan).
Artinya sifat-sifat ini ditentukan oleh kumpulan partikel zat terlarut.
Sifat koligatif larutan adalah
sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarutnya tetapi
bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Jika suatu pelarut
ditambah dengan sedikit zat terlarut maka akan didapat suatu larutan yang
mengalami, penurunan tekanan uap jenuh, penurunan titik beku, kenaikan titik
didih, dan tekanan osmosis.
Banyaknya partikel dalam larutan
ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Jumlah
partikel dalam larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan non-elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non-elektrolit
tidak terurai menjadi ion-ionnya. Jadi sifat koligatif dibedakan menjadi dua
sifat yaitu elektrolit dan non-elektrolit.
Jenis-jenis Larutan Koligatif
Jenis larutan koligatif terdapat
dua macam yaitu:
1.
Elektrolit
larutan koligatif elektrolit
adalah larutan yang memiliki partikel-partikel ion (anion dan kation) sehingga
dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit di bagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit yang bersifat lemah dan bersifat kuat.
Larutan elektrolit lemah yaitu
larutan yang partikel ionnya tidak terionisasi semuanya. Ciri-cirinya yaitu,
dapat menghantarkan listrik tetapi sifatnya lemah, dan menghasilkan gelembung
gas yang jumlahnya sedikit. Contohnya CH3COOH dan NH4OH.
Larutan elektrolit kuat adalah
larutan yang partikel ionnya terionisasi sempurna. Ciri-cirinya yaitu, dapat
menghantarkan listrik bersifat kuat sehingga cahaya lampu terang dan
menimbulkan gelembung gas yang banyak. Contoh larutan elektrolit kuat yaitu, H2SO4,
NaOH, CuSO4, HNO3, HCl, dan Ba(OH)2.
2.
Non-Elektrolit
Larutan non-elektrolit adalah
larutan yang tidak memiliki partikel ion (anion dan kation) sehingga tidak
dapat menghantarkan arus listrik dan tidak dapat menimbulkan gelembung gas.
Contoh larutannya yaitu larutan gula dan urea.
Penurunan Tekanan Uap
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan
tertentu, yaitu tekanan uap. Tekanan uap (vapor
pressure) adalah ukuran kecenderungan molekul-molekul suatu cairan untuk
lolos menguap. Makin besar tekanan uap suatu cairan, makin mudah
molekul-molekul cairan itu berubah menjadi uap. Molekul-molekul zat cair yang
meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah
molekul-molekul zat cair berubah menjadi uap semakin tinggi tekanan uap zat
cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak
menguap, maka partikel-partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan
molekul-molekul zat cair. Laut mati contoh dari terjadinya penurunan tekanan
uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam
sangat tinggi ini terletak di daerah gurun pasir yang sangat panas dan kering
serta tidak berhubungan dengan laut bebas.
Tekanan uap dapat menurun karena adanya molekul-molekul
zat terlarut diantara molekul-molekul pelarut, maka hal ini akan mengurangi
kemampuan molekul-molekul pelarut untuk berpindah dari molekul cair ke bentuk
uap.
Gambar 1. Penurunan Tekanan Uap
|
Dimana
Po merupakan tekanan uap pelarut murni dan P merupakan tekanan uap
larutan.
Kenaikan Titik Didih
Titik didih adalah suhu dimana
tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap ekternal yang dialami oleh zat
cair. Cairan yang berada dalam tekanan yang tinggi akan memiliki titik didih
yang tinggi. Tekanan uap suatu
zat cair akan meningkat bila suhu dinaikkan sampai zat cair itu mendidih. Suatu
zat cair dikatakan mendidih bila tekanan uapnya sama dengan tekanan udara di
atas cairan (tekanan udara luar). Jika ke dalam cairan yang mendidih
ditambahkan zat yang tidak menguap maka tekanan uap larutan yang terbentuk akan
lebih rendah dari tekanan uap pelarut murni. Akibatnya, agar larutan itu
mendidih diperlukan tambahan kalor sebesar penurunan tekanan uap akibat
penambahaan zat terlarut yang tidak menguap itu. Dengan kata lain tekanan yang
disebabkan oleh uap yang berada dalam gelembung - gelembung yang membuat
permukaan cairan terdorong ke atas melawan tekanan atmosfer yang ke bawah. Dengan demikian, larutan akan mendidih pada
suhu lebih tinggi dari suhu didih pelarut murni. Besarnya kenaikan titik didih,
∆Tb (relatif terhadap titik didih pelarut murni) larutan berbanding lurus
dengan molalitas larutan.
menurut Raoult,
|
Jadi,
|
Dimana Tbl adalah titik didih
larutan, Tbp merupakan
titk didih pelarut, m adalah molalitas
larutan, Kb adalah
konstanta titik didih molal (tetapan titik didih molal), dan P adalah berat pelarut. Dapat dilihat pada tabel di bawah terdapat
beberapa nilai titik didih dan Kb dari beberapa pelarut.
Tabel 1. Nilai Titik Didih dan Kb Beberapa
Pelarut
Pelarutan
|
Titik
didih
|
Kb
()
|
Air
|
100,0
|
0,512
|
Benzena
|
80,1
|
2,53
|
Asam asetat (cuka)
|
118,1
|
0,37
|
Fenol
|
182
|
3,56
|
Nitrobenzena
|
210,88
|
5,24
|
Penurunan Titik Beku
Titik beku suatu cairan adalah
suhu ketika tekanan uap cairan itu sama dengan tekanan uap dalam keadaan padat.
Pada pembekuan suatu larutan, yang mengalami pembekuan hanya pelarut saja,
sedangkan zat terlarut tidak ikut membeku. Adanya zat terlarut mengakibatkan
zat pelarut sulit untuk membeku. Akibatnya titik didih pelarut akan lebih rendah
dibandingkan dengan titik didih pelarut murninya.
Penurunan titik beku larutan adalah salah
satu sifat koligatif larutan. Penurunan titik beku
larutan mendiskripsikan bahwa titik beku suatu pelarut murni akan mengalami
penurunan jika kita menambahkan zat terlarut didalamnya. Sebagai contoh air
murni membeku pada suhu 00C akan tetapi jika
kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan
menjadi dibawah 00C. Sebagai contoh
larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6 0C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -16 0C.
Penurunan titik beku, ∆Tf berbanding lurus dengan; molalitas larutan dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut.
menurut Raoult,
|
atau,
|
Dimana, Tfp adalah titik beku pelarut, Tfl adalah titik beku larutan, m adalah molalitas larutan, Kf adalah konstanta titik beku molal, dan P adalah berat pelarut.
Tekanan Osmosis
Osmosis adalah perpindahan
pelarut atau cairan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi melalui
membran semipermeabel. Membran semipermeabel merupakan membran berpori yang
dapat dilalui oleh pelarut tetapi zat terlarut tidak dapat menembusnya.
Tekanan osmotik adalah tekanan
dari luar yang diberikan pada suatu larutan untuk menghentikan mengalirnya
molekul-molekul pelarut dari dua cairan yang berbeda konsentrasinya. Tekanan osmosis merupakan salah satu sifat koligatif yang terdapat kesamaan rumus
dengan gas ideal.
|
atau
|
Dimana, M adalah mol/ l, R adalah 0,082, T adalah 0K ( 0C + 273), danV adalah volume.
Kemolaran dan
Kemolalan
Kemolaran atau disebut dengan
molaritas merupakan salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas menyatakn jumlah mol zat terlarut
dalam 1 liter larutan atau jumlah 1 milimol
zat terlarut dalam 1 ml larutan.
Larutan 0,50M artinya 0,50 mol zat dalam
satu liter larutan atau 0,50 milimol zat dalam 1 mL larutan.
Kemolalan atau
disebut juga molalitas merupakan suatu besaran konsentrasi larutan yang
menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut:
Dimana Mr adalah massa molekul relatif dan p adalah massa
pelarut.
Fraksi Mol
Fraksi mol adalah
perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan jumlah total seluruh
komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu satu. Konsentrasi dalam
bentuk ini tidak mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.
Pelarut Naftalen
Naftalena adalah hidrokarbon kristalin
aromatik berbentuk padatan berwarna putih dengan rumus molekul C10H8
dan berbentuk dua cincin benzena yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil,
mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah
terbakar. Naftalena paling banyak dihasilkan dari destilasi tar batu bara, dan
sedikit dari sisa fraksionasi minyak bumi.
Naftalena berfungsi sebagai reaksi intermediet dari berbagai reaksi kimia industri,
seperti reaksi sulfonasi, polimerisasi, dan neutralisasi. Selain itu, naftalena
juga berfungsi sebagai fumigan (kamper), dan surfaktan.
Efek yang mungkin dari naftalena terhadap
kesehatan. Eksposur terhadap
jumlah besar naftalena dapat mengakibatkan kerusakan pada sel darah,dan
menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai haemolytic anaemia. Penyakit ini
telah diperhatikan pada orang tertentu, terutama anak-anak, setelah termakan
kapur barus yang mengandung naftalena. Antara gejala yang mungkin terjadi
setelah eksposur terhadap jumlah besar naftalena adalah lelah, hilang nafsu
makan, mual, muntah dan diare. Kulit mungkin menjadi pucat atau kuning. Bayi
yang baru lahir terutama menghadapi risiko sel darahnya rusak jika terpajan
pada naftalena. Kerusakan terhadap sel darahnya melepaskan suatu produk
(bilirubin) yang menyebabkan bayi tersebut menjadi kuning dan dalam kasus
parah, mungkin mengakibatkan kerusakan otak. Ada orang yang lahir dengan
penyakit lahir genetis (G6PD deficiency) yang menjadikannya lebih cenderung
menderita akibat dari naftalena, maka gejala dapat diperhatikan setelah
eksposur terhadap jumlah naftalena yang kecilpun
Sukrosa
Sukrosa merupakan
suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa
dan fruktosa dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai
sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti
hewan Penambahan sukrosa dalam media
berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet.
Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh
jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali
karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa.
Proses fermentasi sukrosa melibatkan
mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan
melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa
senyawaan alkohol. Penggunaan yeast ini dalam proses fermentasi diduga
merupakan proses tertua dalam bioteknologi dan sering disebut dengan zymotechnology.
Gambar 2. Struktur Molekul Sukrosa
Diagram Fasa
Gambar 3. Diagram Fasa
Diagram fase yang paling sederhana adalah diagram tekanan-temperatur
dari zat tunggal, seperti air. Sumbu-sumbu diagram berkoresponden dengan tekanan dan temperatur. Diagram fase pada ruang
tekanan-temperatur menunjukkan garis kesetimbangan atau sempadan fase antara
tiga fase padat, cair, dan gas.
Penandaan diagram fase menunjukkan
titik-titik di mana energi bebas bersifat non-analitis. Fase-fase dipisahkan
dengan sebuah garis non-analisitas, di mana transisi fase terjadi, dan disebut sebagai sempadan fase.
Pada diagaram, sempadan fase antara cair
dan gas tidak berlanjut sampai tak terhingga. Ia akan berhenti pada sebuah
titik pada diagaram fase yang disebut sebagai titik kritis.
Ini menunjukkan bahwa pada temperatur dan tekanan yang sangat tinggi, fase cair
dan gas menjadi tidak dapat dibedakan, yang dikenal sebagai fluida superkritis. Pada
air, titik kritis ada pada sekitar 647 K dan 22,064 MPa (3.200,1 psi).
Keberadaan titik kritis cair-gas
menunjukkan ambiguitas pada definisi di atas. Ketika dari cair menjadi gas,
biasanya akan melewati sebuah sempadan fase, namun adalah mungkin untuk memilih
lajur yang tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase superkritis.
Oleh karena itu, fase cair dan gas dapat dicampur terus menerus.
Sempadan padat-cair pada diagram fase
kebanyakan zat memiliki gradien yang positif. Hal ini dikarenakan fase
padat memiliki densitas yang lebih tinggi daripada fase cair,
sehingga peningkatan tekanan akan meningkatkan titik leleh.
Pada beberapa bagian diagram fase air, sempadan fase padat-cair air memiliki
gradien yang negatif, menunjukkan bahwa es mempunyai densitas yang lebih kecil
daripada air.
METODELOGI PERCOBAAN
Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan pada
percobaan sifat koligatif adalah gelas kimia, tabung reaksi, termometer, klem
dan statip, kaki tiga, kawat kasa, bunsen, neraca digital
dan botol semprot.
Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada
percobaan sifat koligatif larutan adalah 5 gram naftalen (C10H8),
belerang (S2), sukrosa (C12H22O11),
dan aquades.
MetodePercobaan
Gambar 1. Metode Percobaan
Penentuan Titik Beku Naftalen
1.
Penentuan Titik Beku Naftalen
Timbang 10 gram naftalena,
kemudian masukan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Gelas kimia
diisi dengan aquades sebanyak 2/3 bagiannya. Panaskan air dalam gelas kimia
secara perlahan sampai semua naftalen mencair (85oC). Keluarkan
pembakar dan padamkan apinya, selanjutnya setiap 1 menit suhu dicatat sampai
mencapai 70 oC. Buaaatlaaah grafik perubahan suhu pelarut naftalen
sebagai fungsi waktu dan tentukan titik beku pelarut naftalen dari grafik
tersebut.
Gambar 2. Metode Percobaan
Penentuan Titik Beku Naftalen dan Belerang
2.
Penentuan Titik Beku Naftalen dan Belerang
Timbang serbuk belerang sebanyak 0,256 gram
menggunakan kaca arloji. Panaskan kembali air dalam gelas kimia seperti pada
langkah sebelumnya diatas sampai semua naftalena menjadi cair kembali. Masukan
serbuk belerang ke dalam tabung reaksi yang berisi naftalena, aduk sampai semua
belerang melarut dalam naftlena dan pemanasan dilanjutkan sampai suhu 90 oC.
Keluarkan pembakar dan padamkan apinya, selanjutnya lakukan pengamatan seperti
langkah yang diatas sampai suhu 70oC. Buatlah grafiknya dan tentukan
penurunan titik beku larutan belerang dalam naftalena.
Gambar 3. Metode Percobaan Penentuan Titik Didih Sukrosa
3.
Penentuan Titik Didih Sukrosa
Air 200
mL dimasukkan ke dalam gelas kimia, lalu dipanaskan (suhu dicatat sebagai suhu
awal). Gula dilarutkan sebanyak 10 gram ke dalam air yang sudah dipanaskan lalu
diaduk sampai mendidih (catat suhu sebagai suhu akhir). Hitung perubahan titik
didih dan titik didihnya.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan
Titik Beku Naftalen
No.
|
t (menit)
|
T (Suhu)
oC
|
1.
|
1
|
88
|
2.
|
2
|
84
|
3.
|
3
|
81
|
4.
|
4
|
79
|
5.
|
5
|
77,5
|
6.
|
6
|
76,5
|
7.
|
7
|
75
|
8.
|
8
|
74
|
9.
|
9
|
72
|
10.
|
10
|
70
|
(Sumber: Meja 9, kelompok C, 2011)
Grafik 1. Penentuan Titik Beku
Naftalen
Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan
Titik Beku Naftalen dan Belerang
No.
|
t
(menit)
|
T
(suhu) C
|
1
|
1
|
91
|
2
|
2
|
88
|
3
|
3
|
85
|
4
|
4
|
81
|
5
|
5
|
78
|
6
|
6
|
76
|
7
|
7
|
74
|
8
|
8
|
73
|
9
|
9
|
72
|
10
|
10
|
71
|
11
|
11
|
70
|
(Sumber: Meja 9, kelompok C,
2011)
Grafik 2. Penentuan Titik Beku
Naftalen dan Belerang
Tabel 3. Hasil Pengamatan
Penetuan Titik Beku Sukrosa
T. Awal
|
70 oC
|
T. Akhir
|
90 oC
|
ΔTb
|
19,98 oC/m
|
m
|
0,146 m
|
Kb
|
136,9 oC
|
(Sumber: Meja 9,
kelompok C, 2011)
Pembahasan
Berdasarkan percobaan penentuan titik beku
natalen didapat hasil yakni penurunan titik beku naftalen pada menit ke 1 yaitu 88oC, menit
ke 2 menjadi 84 oC, menit ke 3 menjadi 81 oC, menit ke 4
menjadi 79 oC, menit ke 5 menjadi 77,5 oC, menit ke 6 menjadi
76,5 oC, menit ke 7 menjadi 75 oC, menit ke 8 menjadi 74
oC, menit ke 9 menjadi 72 oC, dan menit ke 10 menjadi 70
oC.
Sedangkan pada percobaan penentuan titik beku
naftalen dan belerang didapat hasil yakni penurunan
titik beku larutan campuran pada menit ke 1 yaitu 91 oC, menit ke 2
menjadi 88 oC, menit ke 3 menjadi 85 oC, menit ke 4
menjadi 81 oC, menit ke 5 menjadi 78 oC, menit ke 6
menjadi 76 oC, menit ke 7 menjadi 74 oC, menit ke 8
menjadi 73 oC, menit ke 9 menjadi 72 oC, menit ke 10
menjadi 71 oC, dan menit ke 11 menjadi 70 oC.
Berdasarkan percobaan penentuan
titik didih sukrosa didapat hasil yaitu suhu awal aquades mendidih 70 oC,
suhu akhir larutan sukrosa mendidih 90 oC, selisih titik didih 19,98
oC/m, molalitasnya 0,146 m, dan Kb 136,9 oC. Percobaan
penentuan titik didih sukrosa masih terdapat kesalahan, seperti suhu awal aquades
mendidih seharusnya berkisar 95 oC. Kesalahan ini disebabkan oleh
kesalahan mengamati aquades mendidih, praktikan salah mengamati ciri-ciri dari
larutan yang akan mendidih. Suatu larutan dinyatakan mendidih apabila timbulnya
gelembung-gelembung gas dari dasar wadah (gelas kimia) yang bergerak dari dasar
wadah ke atas permukaan larutan tersebut dalam jumlah yang banyak.
Berdasarkan teori titik didih
menyatakan bahwa titik didih adalah suhu dimana tekanan uap larutan sama dengan
tekanan uap eksternal yaitu sebesar 1 atm (100 oC). Tetapi
berdasarkan tekanan uap menyatakan bahwa makin besar tekanan uap suatu cairan,
makin mudah molekul-molekul cairan itu berubah menjadi uap dan semakin mudah
molekul-molekul zat cair berubah menjadi uap semakin tinggi tekanan uap zat
cair serta semakin tinggi suatu dataran maka tekanan uap eksternal dan suhu
semakin rendah. Artinya, jika tekanan uap tinggi maka suhu yang di dapat akan
tinggi pula, bisa dinyatakan bahwa kenaikan tekanan uap sebanding dengan
kenaikan suhu. Hal inilah yang menjadi penyebab dari suhu mendidih aquades
(pelarut murni) dalam percobaan diatas tidak mencapai 100oC.
Metode penggunaan termometer pada
percobaan diatas yaitu ujung termometer harus menyentuh larutan (terendam dalam
larutan yang diuji) untuk dapat mengukur suhu dari larutan yang diuji. Jika
termometer tidak menyentuh larutan yang diuji maka termometer tidak dapat
mengukur suhu dari larutan tersebut.
Belerang
atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme, sifat-sifat
fisik belerang adalah kristal belerang berwarna kuning, atau kuning kegelapan,
dan kehitam-hitaman karena pengaruh unsur pengotornya. Memiliki berat jenis
2,05 - 2,09, kekerasan 1,5 - 2,5 (skala
Mohs), ketahanan getas/mudah hancur (brittle),
pecahan berbentuk konkoidal dan tidak rata, kilap damar Gores berwarna putih.
Sifat belerang lainnya adalah tidak larut dalam air, atau H2SO4.
Titik lebur 129oC dan titik didihnya 446oC. Mudah larut dalam CS2,
CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anilin, penghantar panas dan
listrik yang buruk. Apabila dibakar apinya berwarna biru dan menghasilkan
gas-gas SO2 yang berbau busuk.
Kenaikkan titik didih yaitu titik didih suatu pelarut murni akan
mengalami kenaikkan suhu bila ditambahkan zat terlarut didalamnya.
Penurunan titik beku yaitu titik beku suatu pelarut murni akan mengalami
penurunan suhu bila ditambahkan zat terlarut didalamnya.
Tekanan osmotik yaitu gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan
dari zat-zat pelarut melalui selaput
semipermiabel ke dalam larutan.
Reverse
osmosis adalah suatu peristiwa berpindahnya partikel pelarut dari larutan yang
pekat (memiliki kadar yg tinggi) ke larutan yang encer (memiliki kadar yang
rendah) melalui selaput semipermeable. Contohnya yaitu seperti pada air laut
yang mengandung garam, menjadi air tawar.
Peristiwa
osmosis adalah suatu peristiwa berpindahnya partikel pelarut dari larutan yang
encer (memiliki kadar yg rendah) ke larutan yang pekat (memiliki kadar yang
tinggi) melalui selaput semipermeabel.
Selaput
semipermeabel itu sedndiri adalah selaput yang tipis dan hanya dapat dilewati
oleh molekul-molekul seperti molekul ait, dan zat-zat tertentu seperti oksigen,
karbondioksida, dan zat-zar nonpolar lainnya.
Larutan
hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
(tekanan osmotiknya lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air dapat keluar
sel, sehingga sitoplasma akan akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit
menyebabkan sel tidak berfungsi lagi.
Larutan
hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah
(tekanan osmotiknya lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air air bergerak
ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi lagi.
Larutan
isotonik adalah larutan yam]ng memiliki konsentrasi zat terlarut yang sama. Air kelapa merupakan contoh larutan
isotonik alami. Secara ilmiah, air kelapa muda mempunyai komposisi mineral dan
gula yang sempurna sehinggga memiliki kesetimbangan elektrolit yang nyaris
sempurna setara dengan cairan tubuh manusia.
Aplikasi
sifat koligatif larutan dalam bidang pangan yaitu proses pembekuan es lilin
dengan menggunakan garam sebagai penurun titik bekunya. Air membeku pada suhu 0
derajat. Tapi, es lilin dapat menjadi beku pada suhu di bawah 0 derajat
celcius. Jadi, ketika air ditambahkan garam, maka ia akan membeku pada suhu
yang lebih rendah. 10% larutan garam dapat membekukan air hingga -6 derajat
celcius. Pada proses pembuatan telur asin. Telur sejatinya sebuah contoh sel
tunggal yg terbungkus cangkang. Tiap sel hewan punya inti sel atau nukleus yang didalamnya terdapat benang kromosome. Pada telur
bebek terdapat pada kuning telurnya. Pada telur terdapat membran atau lapisan
tipis yang bersifat semi permeable. Artinya ia bisa melewatkan air dan garam
tetapi menahan isi telur putih telur keluar. Jika tidak ada membran semi
permeable maka bisa yg terjadi justru sebaliknya. Putih telur yg berkonsetrasi
tinggi akan keluar karena peristiwa difusi.. Peristiwa osmosis butuh waktu yg
cukup lama. Untuk pembuatan telur asin dibutuhkan 2 minggu. Kurang dari itu
telur menjadi tidak cukup asin. ika osmosis terjadi sangat-sangat lama,
misalnya ribuan atau jutaan tahun maka telur akan berubah menjadi fosil yg
membatu. Persis seperti yg dijumpai pada fosil telur dinosaurus. Yaitu
peristiwa osmosis mineral alam selama jutaan tahun. Pada proses pembuatan ikan
presto, di suhu 600C, air sudah hilang. Pada proses pembuatan kripik
nangka tekanan uapnya diatur sedemikian rupa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan penentuan
titik beku naftalen didapat hasil, pada menit ke 1 suhunya 88oC,
menit ke 2 suhunya 84 oC , menit ke 3 suhunya 81 oC ,
menit ke 4 suhunya 79 oC , menit ke 5 suhunya 77,5 oC,
menit ke 6 suhunya 76,5 oC , menit ke 7 suhunya 75 oC,
menit ke 8 suhunya 74oC, menit ke 9 72oC, dan menit ke 10 suhunya 70oC.
Sementara pada percobaan titik beku naftalen dan belerang didapat hasil, pada
menit ke 1 sampai 11 berturut-turut suhunya yaitu, 91oC, 88oC,
85oC, 78oC, 76oC, 74oC, 73oC,
72oC, 71oC, dan 70oC. Percobaan penetuan titik
beku sukrosa didapat hasil yaitu, suhu awal 70oC, suhu akhir 90oC,
penurunan titik beku 19,98 oC/m, molalilatas 0,146 m, dan
Kb 136,9oC. Percobaan penetuan titik beku naftalen dan belerang
dapat disimpulkan bahwa titik beku larutan tersebut lebih rendah dari pada
titik beku pelarut murni, juga dapat mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi
titik didih suatu larutan seperti letaknya suatu dataran yang jika semakin
tinggi suatu dataran maka tekanan uap eksternal dan suhu akan lebih rendah dari
1 atm.
Saran
Saran
yang dapat diberikan adalah dalam
melakukan percobaan kali ini praktikan harus sangat teliti dalam mempehatikan perubahan suhu
larutan setiap menitnya serta pembacaan suhu pada termometer.
DAFTAR PUSTAKA
Brady. E. J. 1998. Kimia Universitas Asas dan
Struktur. BinaAksara. Jakarta.
Fauzia I. 2011. Tekanan Osmosis.
http://industri17imafa.blog.mercubuana.ac.id/tag/tekanan-osmosis/. Diakses: 3 Desember 2011.
Suhendar. 2009. Sifat Koligatif Larutan. http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Aang%20Suhendar_060928_/Penurunan%20Titik%20beku.html. Diakses: 3
Desember 2011.
Sutrisno. E.T dan
Nurminabari. I.S. 2011. Penuntun
Praktikum Kimia Dasar. UNPAS.
Bandung
Ratna. 2011. Sifat Koligatif Larutan. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/.
Diakses: 3 Desember 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
haik..minnasan...dozo... silakan memberikan saran dan kritik yang membangun...pake bahasa yang sopan ya...
arigatou minnasan...