VARIASI KONTINYU
Mayang
Ocktaviandini
113020066
Rika Ayustika
ABSTRACT
Chemistryis a science based on experiments, by studying the science of chemistry one can write the formula of a
chemical compound such as barium sulafat(BaSO4), silver chloride(AgCl),
silver khromat (AgCrO4).
Purpose of conducting chemical reactions experiment was
to determine the out come of the experiments of chemical reactions in addition to
praktikan can easily write down the formula of a compound and study the stoichiometry.
NaOH and CuSO4 system
is the maximum points
available at point 0.5 in 2.25 ° C temperature change, while
there is a minimum point at point 5 on the change
of temperature 0oC. While the
maximum point of NaOH and HCl contained
in point 0.5 in
6oC temperature changes,
there is a minimum point at point 5 on
1.5 ° C temperature
change. The maximum and minimum
point is influenced by comparison with
CuSO4 mmol NaOH
or NaOH and
HCl. In CuSO4-NaOH system has a
maximum point at the coordinate (0.5, 2.25) and the minimum point at coordinates
(5, 0) whereas
the NaOH-HCl
system at the
maximum point of coordinates (0.5,
6) and the
minimum point at coordinates
(5, 1.5 ).
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Ilmu kimia adalah ilmu yang berdasarkan
percobaan, dengan mempelajari ilmu kimia seseorang dapat menuliskan rumus dari
suatu senyawa kimia misalnya barium sulfat (BaSO4), perak klorida
(AgCl), perak khromat (AgCrO4). Selain dapat menuliskan rumus senyawa
tersebut, tentu saja harus membuktikan melalui eksperimen. Dalam percobaan ini,
praktikan akan memepelajari salah satu cara yang sangat mudah untuk mempelajari
stoikiometri beberapa reaksi.
Dasar dari percobaan ini ialah metode
variasi kontinyu. Dalam metode ini akan dilakukan sederet pengamatan yang
kuantitas molarnya sama tetapi kuantitas pereaksinya berubah-ubah (bervariasi).
Salah satu sifat fisika tertentu dipilih untuk diamati seperti, massa, volume,
suhu, atau daya serap. Oleh karena itu kuantitas pereaksi berlainan, perubahan
harga sifat fisika dari sistem ini dapat digunakan untuk meramalkan
stoikiometri
sistem.
Bila digambarkan grafik
aluran sifat fisika yang diamati (diukur) yang terdapat kuantitas pereaksinya,
maka akan diperoleh suatu titik maksimum dan minimum yang sesuai dengan titik
stoikiometri seistem, yaitu yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi
dalam senyawa.
Tujuan Percobaan
Tujuan melakukan
percobaan reaksi-reaksi kimia adalah untuk menentukan hasil reaksi kimia dari percobaan
selain itu agar praktikan dapat dengan mudah menuliskan rumus dari suatu senyawa
dan mempelajari stoikiometri.
Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan metode variasi
kontinyu, dimana dalam metode ini dilakukan sederet pengamatan kwantitas molar
totalnya sama. Tapi masing-masing kwantitas pereaksi berubah-ubah. Salah satu
sifat fisika dipilih diperiksa sperti, massa, volume, suhu, dan daya serap. Oleh
karena itu kuantitas pereaksi berlainan, perubahan haraga sifat fisika dari
sistem ini dapat digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Variasi Kontinyu
Variasi kontinyu adalah metode untuk memudahkan
belajar stoikiometri. Stoikiometri merupakan bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur
dalam suatu senyawa atau reaksi. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu
stoicheon yang berarti unsur dan metrain yang artinya mengukur. Dengan
kata lain stoikiometri adalah perhitungan yang menyangkut hubungan kuantitatif
zat yang terlibat dalam reaksi.
Dasar yang digunakan pada percobaan ini adalah metode JOB
atau metode variasi kontinyu,
dalam metode ini dilakukan pengamatan
yang kuantitas pereaksinya berubah-ubah
atau bervariasi.
Hukum – Hukum
Variasi Kontinyu
Terdapat beberapa hukum dasar
dalam variasi kontinyu, yaitu:
1.
Hukum kekekalan massa (Lavoisier)
Lavoisier mengemukakan, ‘Massa sebelum dan sesudah
bereaksi adalah sama’. Hukum kekekalan massa dalam versi modern adalah ‘Dalam
reaksi kimia tidak dapat dideteksi perubahan massa’.
2.
Hukum perbandingan tetap
Berdasarkan percobaan, proust merumuskan pernyataan ‘Pada
suatu reaksi kimia, massa zat yang bereaksi denga sejumlah tertentu zat lain
selalu tetap’ atau ‘Suatu senyawa selalu terdiri atas unsur-unsur yang sama
dengan perbandingan massa yang tetap’. Rumusan yang pertama berlaku untuk semua
reaksi kimia, sedangkan yang kedua untuk senyawa, baik berupa padat, cair,
ataupun gas.
3.
Hukum perbandingan berganda
Hukum perbandingan berganda dikemukakan oleh John Dalton,
yaitu ‘Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, maka
perbandingan massa unsur yang bersenyawa dengan unsur lain yang tertentu
massanya, merupakan bilangan bulat dan sederhan’.
Sampai saat ini hukum tersebut masih dapat diterima,
tetapi perlu dikoreksi mengenai bilangan sederhana. Jika perbandingan itu
bilangan sederhana (1, 2, 3, 4, dan 5) berarti rumus senyawa juga sederhana,
seperti H2O, CO2, dan H2SO4. Akan
tetapi kini ditemukan senyawa dengan bilangan besar, seperti C12H22O11
(sukrosa) dan C20H32O2 (asam arakidonat)
4.
Hukum penyatuan volume (Gay Lussac)
Gay lussac mengemukakan tentang ‘Volume gas-gas yang
terlibat dalam suatu reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang sama berbanding
sebagai bilangan bulat dan sederhana.’
5.
Hukum Avogadro
Avogadro sangat tertarik memepelajari sifat gas dan
membuat dugaan sementara yang disebut hipotesa Avogadro, ‘Pada suhu dan tekanan
yang sama, semua gas yang volumenya sama mempunyai jumlah molekul yang sama.’
6.
Hukum Dulong dan Petit
Setelah para ahli meyakini bahwa materi terdiri dari atom-atom
yang mempunya massa dan ukuran tertentu, diduga ada hubungan antara sifat atom
dengan massanya. Pada tahun 1819 Piere Dulong dan Alexis Petit menyelidiki
kalor jenis beberapa unsur logam. Kalor jenis adalah kalor yang diperlukan
untuk menaikan suhu satu gram zat sebesar satu derajat celsius (kal g-der-).
Ternyata atom yang berat mempunyai kalor jenis lebih kecil, karena makin berat
suatu atom makin besar energi yang diperlukan untuk menggerakanya. Berdasarkan
hal ini Dulong dan Petit menduga bahwa ada hubungan antara massa dengan kalor
jenisnya. Untuk beberapa unsur mereka temukan hasil kali antara kalor jenis dan
massa atom relatif adalah sekitar enam.
Kalor
jenis x massa atom ≡ 6. Kemudian Dulong dan Petit menyatakan bahwa hubungan ini
berlaku umum untuk semua unsur, dam akhirnya disebut hukum Dulong dan Petit.
Mereka menyatakan bahwa hukum ini dapat dipakai untuk mengoreksi massa atom
unsur yang telah atau yang belum diketahui. Hukum ini hanya cocok pada unsur berat,
tetapi tidak untuk unsur ringan seperti berilium dan karbon.
Konsentrasi Molaritas
Dalam
ilmu kimia, molaritas
(disingkat M) salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas
suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan. Misalnya 1.0 liter larutan mengandung
0.5 mol senyawa X, maka larutan ini disebut larutan 0.5 molar (0.5 M). Umumnya
konsentrasi larutan berair encer dinyatakan dalam satuan molar.
Keuntungan
menggunakan satuan molar adalah kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah mol
(sebanding dengan jumlah partikel yang sebenarnya).
Kerugian dari penggunaan satuan ini adalah ketidak
tepatan dalam pengukuran volum. Selain itu, volum suatu cairan berubah sesuai
temperatur, sehingga molaritas
larutan dapat berubah tanpa menambahkan atau mengurangi zat apapun. Selain itu,
pada larutan yang tidak begitu encer, volume molar dari zat itu sendiri merupakan
fungsi dari konsentrasi, sehingga hubungan molaritas-konsentrasi
tidaklah linear.
Salah
satu cara yang sangat berguna dalam menyatakan konsentrasi adalah dalam mol perliter
atau molaritas. Suatu reaksi dalam larutan disebut konsentrasi molar atau molaritas
dengan simbol M dan dinyatakan sebagai jumlah mol suatu solute dalam larutan dibagi
dengan volume larutan yang ditentukan dalam liter. Solut dalam larutan dibagi dengan
volume larutan yang ditentukan dalam liter. Untuk penggunaan molaritas, kita harus
mempelajari hubungan mol suatu solute dengan volume larutan
Kemolaran suatu zat adalah jumlah mol zat tiap liter larutan. Dirumuskan
sebagai berikut:
M = mol zat terlarut
Liter larutan
Massa Atom Relatif (Ar) dan
Massa MolekulRelatif (Mr)
Berdasarkan perhitungan para
ahli, atom Hidrogen memiliki massa 1,67 x
10 -27 Kg. Untuk membandingkan massa atom yang berbeda-beda, para ahli menggunakan
skala massa atom relatif dengan lambang (Ar). Para ahli juga menggunakan isotop
karbon C-12, sebagai standar dengan massa atom relatif sebesar 12.
Contohnya: massa atom rata-rata
Oksigen 1,33 kali lebih besar daripada massa atom karbon – 12. Maka Ar O sama
dengan 1,33 dikali Ar C-12 menghasilkan 15,96. Dengan ditetapkannya massa atom
relatif karbon – 12 sebesar 12,000, maka satuan massa atom relatif adalah 1/12
dikali massa atom C-12. Massa atom relatif dirumuskan sebagai berikut:
Massa
molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa molekul (Mr). Massa molekul
relatif adalah perbandingan massa molekul unsur atau senyawa terhadap 1/12 dikali massa atom C-12. Massa molekul
relatif dirumusukan sebagai berikut:
RumusSenyawa
Dalam kimia dikenal tiga macam
rumus yaitu rumus empiris (RE), rumus molekul (RM), dan struktur molekul. Rumus
empiris menyatakan perbandingan atom unsur dalam senyawa. Contohnya dalam etana
terdapat karbon dan hidrogen dengan perbandingan atomnya 1:3, sedangkan glukosa
mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dengan perbandingan 1:2:1. Dengan demikian RE kedua senyawa
adalah (CH3)n dari RE etana dan (CH2O)n dari RE glukosa.
Rumus molekul menyatakan baik
jenis maupun jumlah atom yang terdapat dalam satu molekul. Kembali ke contoh
etana dan glukosa di atas. Etana dan glukosa mempunyai n masing-masing 2 dan 6,
sehingga RM-nya adalah C2H6 dan glukosa C6H12O6.
Struktur molekul yang
menggambarkan molekul suatu senyawa secara lengkap. Dalam rumus ini
diperlihatkan semua atom baik jenis dan jumlahnya maupun posisinya dalam ruang,
misalnya CH4 dan NH3. Digambarkan sebagai berikut:
|
H
ǀ
|
|
|
|
|
H -
|
C -
|
H
|
H -
|
N -
|
H
|
|
ǀ
H
|
|
|
ǀ
H
|
|
KonsepMol
1 mol adalah satuan bilangan kimia yang
jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya
= Mr senyawaitu.
Jika bilangan Avogadro = L maka :
Jika bilangan Avogadro = L maka :
L = 6.023 x 1023
|
1 mol atom sama dengan L buah atom, massanya
sama dengan Ar atom tersebut.
1 mol molekul sama dengan L buah molekul massanya sama dengan Mr molekul tersehut.Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.
1 mol molekul sama dengan L buah molekul massanya sama dengan Mr molekul tersehut.Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat.
METODELOGI PERCOBAAN
Alat yang Digunakan
Alat- alat yang digunakan pada
percobaan variasi
kontinyu adalah termometer, gelas kimia, bola hisap, gelasukur, pipet volumetrik, dan batang pengaduk.
Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan variasi kontinyu adalah NaOH 1M, HCl 1M dan CuSO4 1M.
MetodePercobaan
Stoikiometri asam-basa
Kedalam
gelas piala masukan berturut-turut 5, 10, 15, 20, dan 25ml NaOH 1M. Kemudian
catat temperatur awal (Tm). Kemudian lakukan hal yang sama dengan mengganti
NaOH dengan HCl.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setelah kedua zat di campurkan,
catat dan amati perubahan temperatur yang terjadi sebagai temperatur akshir (Ta),
dimana perubahan temperatur (ΔT) yaitu selisih dari Ta dengan Tm. Setelah ΔT
didapat kemudian buatlah grafik antara ΔT (sumbu Y) dan volume asam atau basa
(sumbu X). Lakukan percobaan yang sama terhadap NaOH dan CuSO4.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Setelah kedua zat di campurkan, catat dan amati perubahan
temperatur yang terjadi sebagai temperatur akshir (Ta), dimana perubahan
temperatur (ΔT) yaitu selisih dari Ta dengan Tm. Setelah ΔT didapat kemudian buatlah grafik antara ΔT (sumbu Y) dan volume asam atau
basa (sumbu X).
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
pengamatan yang didapat dari percobaan variasi kontinyu yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan sistem NaOH- CuSO4
NaOH
(ml)
|
CuSO4
(ml)
|
TM
|
TA
|
ΔT
|
Mmol
NaOH
|
Mmol
CuSO4
|
Mmol NaOH
Mmol CuSO4
|
25
|
5
|
29
|
29
|
0
|
25
|
5
|
5
|
20
|
10
|
28,25
|
29,5
|
1,25
|
20
|
10
|
2
|
15
|
15
|
29
|
30
|
1
|
15
|
15
|
1
|
10
|
20
|
28,25
|
30,5
|
2,25
|
10
|
20
|
0,5
|
5
|
25
|
29,25
|
29,5
|
0,25
|
5
|
25
|
0,2
|
(Sumber: meja 9, kelompok C, 2011)
Tabel 2. Hasil Pengamatan
NaOH-HCl
(Sumber: meja 9, kelompok C, 2011)
NaOH
(ml)
|
HCl
(ml)
|
TM
|
TA
|
ΔT
|
Mmol
NaOH
|
Mmol
HCl
|
Mmol NaOH
Mmol HCl
|
5
|
25
|
25,75
|
30
|
4,25
|
5
|
25
|
0,2
|
10
|
20
|
26
|
32
|
6
|
10
|
20
|
0,5
|
15
|
15
|
27
|
30
|
3
|
15
|
15
|
1
|
20
|
10
|
26,5
|
29
|
2,5
|
20
|
10
|
2
|
25
|
5
|
26,5
|
27
|
1,5
|
25
|
5
|
5
|
Grafik 1. Hasil Pengamatan NaOH–
CuSO4
Grafik 1. Hasil Pengamatan
NaOH–HCl
Variasi kontinyu adalah cabang
ilmu kimia yang memperlajari kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan
reaksi-reski kimia. Variasi kontinyu merupakan metode untuk mempermudah kita
mempelajari stoikiometri sistem. Stoikiometri adalah perhitungan yang menyangkut
hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia.
|
Dari percobaan diatas, praktikan dapat mengetahui
titik maksimum dan titik minimum suatu hasil reaksi. Titik maksimum menyatakan
dimana suatu larutan tepat bereaksi bila kedua larutan itu dicampurkan. Titik
minimum menyatakan dimana suatu larutan tepat habis bereaksi. Pada sistem NaOH-CuSO4 memiliki
titik maksimum di kordinat (0.5 , 2.25) dan titik minimum di kordinat (5 , 0)
sedangkan pada sistem NaOH-HCl titik maksimum berada di kordinat
(0.5 , 6) dan titik minimum di kordinat (5 , 1.5).
Percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan
masih terdapat kesalahan. Faktor kesalahannya yaitu dalam melakukan percobaan praktikan
kurang sigap dan kurang cekatan sehingga waktu kurang efisien. Selain itu terdapat
kesalahan dalam menggunakan termometer, Yakni termometer
menyentuh dasar gelas kimia sehingga mempengaruhi pengukuran temperatur dari larutan
yang diukur.
Terdapat beberapa jenis stoikiometri diantaranya,
stoikiometri larutan, stoikiometri gas, stoikiometri redoks, stoikiometri reaksi,
dan stoikiometri ion. Stoikiometri ion adalah perhitungan yang menyangkut hubungan kuantitatif
zat-zat berupa ion yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri reaksi adalah perubahan yang
terjadi pada suatu campuran antara dua atau lebih dari suatu zat (interaksi
antara dua atau lebih pereaksi dan menghasilkan suatu produk reaksi). Stoikiometri gas adalah suatu
bentuk khusus dimana reaktan dan produk seluruhnya berupa gas, dalam kasus ini koefisien
zat menyatakan perbandingan volume zat-zat yang terlibat.
Titik stoikiometri adalah perbandingan
antara volume zat yang bereaksi dalam larutan.
Fungsi dari percobaan variasi
kontinyu adalah untuk menentukan hasil reaksi, menuliskan rumus senyawa, dan
mempelajari stoikiometri sistem.
Aplikasi di bidang pangan yaitu
untuk mengukur dan menghitung suhu dari tiap larutan dan dapat dengan mudah
menuliskan suatu rumus senyawa dengan data eksperimen. Selain itu kita dapat
mengetahui bagaimana pereaksi penyusun bahan pangan berubah bila kuantitas
pereaksi bahan pangan tersebut diganti.
Persamaan reaksi didapat dari
hasil percobaan sistem NaOH-CuSO4 dan sistem NaOH-HCl dapat
dituliskan sebagai berikut:
|
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang didapat dari
percobaan variasi kontinyu yaitu
reaksi antara zat-zat dengan molaritas yang sama tetapi volume berbeda menghasilkan
suhu yang berbeda. Sistem NaOH dan CuSO4 adalah titik maksimumnya terdapat di titik
0,5 pada perubahan temperatur 2,25oC, sementara titik minimumnya
terdapat di titik 5 pada perubahan temperatur 0oC. Sedangkan titik
maksimum NaOH dan HCl terdapat di titik 0,5 pada perubahan temperatur 6oC,
titik minimun terdapat di titik 5 pada perubahan temperatur 1,5oC.
Titik maksimum dan minimum dipengaruhi oleh perbandingan mmol NaOH dengan CuSO4
atau NaOH dan HCl. Pada system NaOH-CuSO4 memiliki titik maksimum di kordinat (0.5 ,
2.25) dan titik minimum di kordinat (5 , 0) sedangkan pada system NaOH-HCl titik
maksimum berada di kordinat (0.5 , 6) dan titik minimum di kordinat (5 , 1.5).
Saran yang dapat diberikan yaitu
diharapkan kepada praktikan agar benar-benar memahami tentang prosedur
percobaan variasi kontinyu. Diharapkan juga praktikan harus benar-benar teliti
dalam mengukur temperatur ataupun dalam perhitungannya. Pemakaian pipet volumetrik
dan juga termometer harus benar-benar diperhatikan agar hasil akhir tidak
salah. Dianjurkan untuk tidak memegang termometer saat sedang melakukan
pengukuran suhu agar temperatur badan tidak ikut mempengaruhi pengukuran
temperatur dari larutan yang sedang dihitung.
Brady. E. J. 1999. Kimia
Universitas Asas dan Struktur. Bina Aksara.
Jakarta..
Sahri. 2010. Konsep Mol. www.sahri.ohlog.com. Diakses: 23 Oktober 2011
Tupamahu dan Achmad. H. 1988. Stoikiometri Energetika
Kimia. ITB. Bandung
thnksssss
BalasHapussama-sama, smg bermanfaat ya :D
Hapus